Karenaitu atas jasa jasanya kita perlu menghormati dan mengenangnya Mereka itu. Karena itu atas jasa jasanya kita perlu menghormati. School State Islamic University of Sultan Syarif Kasim II; Course Title INFORMATIO SIF21; Uploaded By Lisarahayu0. Pages 202 This preview shows page 61 - 64 out of 202 pages. - Kiai Haji KH Samanhudi adalah seorang Pahlawan Nasional asal Surakarta yang menjadi pendiri Sarekat Dagang Islam SDI. SDI didirikan pada tahun 1905 dan menjadi organisasi pertama yang lahir di Indonesia. SDI kemudian menjelma menjadi Sarekat Islam SI. Selain berjuang melalui organisasi, KH Samanhudi juga dikenal sebagai seorang pengusaha batik di juga Biografi Abdul Muis, Tokoh Asal Bukittinggi, Pahlawan Nasional Pertama di Indonesia Profil KH Samanhudi KH Samanhudi memiliki nama kecil Sudarno Nadi. Dia lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, pada tahun 1868. Samanhudi memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Bumiputera kelas satu di Surabaya, Jawa Timur. Di sekolah ini, Samanhudi tidak hanya belajar tentang pendidikan umum, namun juga pendidikan agama Islam. Selain belajar, Samanhudi juga mulai menunjukkan minatnya di dunia perdagangan, terutama perdagangan batik. Dari minatnya inilah Samanhudi mulai mengenal dan menjalin relasi dengan para pedaganga dari berbagai daerah baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Sementara pendidikan agama Islam ditempuh KH Samanhudi di sejumlah pondok pesantren. Beberapa pesantren tempat Samanhudi menuntut ilmu agama antara lain Ponpes KH Sayuthi - Ciawigebang Ponpes KH Abdur Rozak - Cipancur Ponpes Sarajaya - Cirebon Ponpes KH Zainal Musthofa - Tasikmalaya Saat berguru dengan KH Zainal Musthofa ini, Samanhudi banyak bertukar pikiran tentang perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka. KH Zaenal Musthofa sendiri juga merupakan Pahlawan Nasional yang memimpin perlawanan melawan Jepang. Pendiri Sarekat Dagang Islam Wikipedia Pendiri Sarekat Islam, Haji SamanhudiAktivitas perdagangan yang dijalankan KH Samanhudi mendorongnya untuk mendirikan suatu organisasi bernama Sarekat Dagang Islam SDI. SDI didirikan oleh Samanhudi dan relasi bisnisnya pada 16 Oktober 1905, dan menjadi organisasi pertama di Indonesia. Baca juga Siswa, Ini 3 Pahlawan Nasional dari Aceh Latar belakang berdirinya SDI sendiri karena adanya kebijakan Belanda yang memberi keleluasaan pedagang asing untuk berdagang di itu mendapat penentangan dari pedagang lokal, yang menilai akan merugikan mereka. Meski berdiri sejak 1905, SDI baru benar-benar resmi secara administratif saat membuka dua cabang di Batavia dan Buitenzorg atau Bogor. Pendirian dua cabang itu terjadi pada tanggal 5 April 1909. Sehingga dalam beberapa catatan SDI disebut berdiri tahun 1909. Di bawah komando KH Samanhudi, SDI berhasil berkembang pesat dengan dibukanya cabang di beberapa kota. Memasuki tahun 1912, SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam SI dan mulai diketuai oleh HOS Cokroaminoto. Perubahan nama sendiri dilakukan sebagai upaya Samanhudi dan Cokroaminoto untuk melebarkan sayap perjuangan. Dalam lingkup SI, organisasi ini tidak hanya bergerak di bidang perdagangan namun juga sosial, ekonomi, hingga politik. Selain itu, keanggotan dalam SI lebih luas dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan saat SDI, anggota terbatas pada pedagang. Baca juga Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pahlawan Nasional Perempuan Asal Yogyakarta Perintis Aisyiyah Akhir Hayat KH Samanhudi KH Samanhudi mulai mengalami gangguan kesehatan pada tahun 1920, dan membuatnya tidak aktif lagi di SI. Namun demikian, Samanhudi masih menyumbangkan pemikiran-pemikirannya terhadap pergerakan nasional. KH Samanhudi juga sempat menyaksikan kemerdekaan bangsanya pada 17 Agustus 1945. Samanhudi meninggal dunia pada tanggal 28 Desember 1956 di Klaten, Yogyakarta. Jenazahnya dimakamkan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Barat. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Republik Indonesia menetapkan KH Samanhudi sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 1961. Nama Samanhudi kini diabadikan sebagai nama museum, yaitu Museum Haji Samanhudi di Kampung Batik Laweyan, Surakarta. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Sosokpahlawan wanita selanjutnya adalah Raden Dewi Sartika yang lahir di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Lahir sebagai keluarga ningrat yang bisa mengenyam pendidikan, membuat ia terinspirasi membuka Sekolah Istri atau sekolah khusus perempuan se-Hindia Belanda. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi bintang perak oleh pemerintah Hindia Belanda.
Sosok Jenderal Soedirman yang patungnya berada di ruas jalan utama Jakarta, jadi salah satu pahlawan nasional paling dikenal publik. Foto oleh BAY ISMOYO/AFPTulisan ini diterbitkan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November setiap tahunnyaPemerintah secara resmi memberikan gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh. Mereka – yang kelimanya sudah meninggal dunia – adalah HR Soeharto dari Jawa Tengah yang merupakan dokter pribadi Presiden Sukarno, KGPAA Paku Alam VIII dari Yogyakarta atas jasanya di bidang pendidikan, Raden Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat, Salahhudin bin Talabuddin dari Maluku Utara atas perjuangan politiknya melawan Belanda, dan Kyai Haji Ahmad Sanusi dari Jawa itu dikukuhkan melalui Keputusan Presiden Keppres tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional. Ini menambah deretan panjang daftar nama pahlawan nasional yang dimiliki oleh Indonesia. Sejak 1959, pemerintah menyematkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh yang dianggap berjasa’ bagi negara dan penetapan seorang tokoh menjadi pahlawan nasional terbilang cukup rumit. Tapi, faktanya berbagai daerah masih antusias mengusulkan nama-nama calon penerima gelar pahlawan kita patut mempertanyakan, apa urgensi untuk terus menambah jumlah pahlawan nasional? Jika kita terus melanjutkannya, pemberian gelar pahlawan nasional justru akan menjadi festival tahunan saja dan lambat laun akan kehilangan esensi gelar pahlawanSejak era pemerintahan Sukarno, pemberian gelar pahlawan nasional sudah menjadi salah satu upaya politik pemerintah untuk membangun citra’ yang baik di mata masyarakat. Sukarno kala itu menjadikan pengangkatan gelar pahlawan nasional sebagai momen untuk memperkuat masyarakat sosialis yang dibangun di bawah nasionalisme, agama, dan komunisme, dengan mengangkat dua tokoh kiri, yaitu Alimin dan Tan Malaka sebagai pahlawan tahun era berikutnya, Soeharto menjadikan momen yang sama sebagai peneguhan peran militer dalam sejarah Indonesia, dengan mengangkat tokoh kunci terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret Supersemar yaitu Mayjen Basuki Rachmat sebagai pahlawan setelahnya di era reformasi hanya sekadar meneruskan tradisi tersebut. Pemerintah memberikan banyak gelar pahlawan nasional dari berbagai daerah untuk meyakinkan publik bahwa mereka telah memperhatikan pemerataan daerah’ dan telah bersikap adil, termasuk dalam hal pengakuan tokoh masa ini, pemberian gelar pahlawan menjadi semakin politis, bahkan bisa diskriminatif. Tidak semua yang berhak’ atas gelar tersebut bisa benar-benar menyandangnya. Status pahlawan saat ini cenderung hanya bisa diraih dengan dukungan privilese dan akses terhadap semua orang bisa mengusulkan calon penerima gelar pahlawan nasional. Biasanya hanya tokoh-tokoh daerah setempat yang memberikan usulan nama-nama individu yang layak mendapat gelar pahlawan nasional. Nama-nama yang terpilih di tingkat daerah kemudian mendapat rekomendasi dari gubernur untuk diserahkan ke Sekretariat Negara, sebelum Presiden menyetujui atau menolaknya. Penganugerahan gelar pahlawan itu kemudian diteken langsung oleh yang diusulkan namun tidak lolos dianggap belum memenuhi kelayakan. Padahal, persyaratan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan sebenarnya sederhana. Namun, kelayakan mereka kerap kali terganjal masalah politik, pertimbangan ideologis, dan sejauh mana tokoh tersebut dapat memberikan manfaat bagi pemerintah selama beberapa tahun berturut-turut, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengangkat tokoh dari luar Jawa sebagai pahlawan nasional. Ini kemungkinan besar ia lakukan untuk mengambil simpati politik, misalnya di tahun 2014 salah satu tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan adalah KH Wahab Chasbullah, yang dikenal luas sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama NU.Tahun ini, muncul nama HR Soeharto yang memiliki kedekatan dengan Keluarga Sukarno, tepat di saat pemerintahan Jokowi sedang gencar membersihkan nama Sukarno dari dugaan pengkhianatan dan keterlibatannya dalam Partai Komunis Indonesia PKI.Sudah sejak awal rezim Jokowi telah gencar memberikan perhatian pada daerah luar Jawa dalam pembangunan. Kemungkinan besar ini menjadi salah satu senjata utama kepemimpinan Jokowi selama dua pahlawan dari luar Jawa adalah satu strategi dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap ini mencerminkan adanya nuansa politik yang kental dalam penetapan pahlawan nasional, sehingga tujuannya bukan lagi demi kepentingan sosial bisa jadi ada tokoh yang diusulkan, yang memiliki jasa yang cukup besar, namun tidak juga mendapatkan gelar bergengsi tersebut. Misalnya, siapa yang tidak mengenal Chairil Anwar, yang puisi-puisinya begitu bergelora dibacakan oleh anak usia SD hingga orang dewasa? Begitu pula dengan Sugondo Djodjopuspito, tokoh yang namanya selalu muncul di buku mata pelajaran sekolah sebagai pemimpin Kongres Pemuda. Keduanya hingga kini tidak kunjung mendapatkan anugerah gelar pahlawan banyaknya deretan nama individu atau tokoh yang berhak disebut pahlawan nasional, yang seharusnya pemerintah lakukan adalah melakukan pendataan, bukan serta merta menobatkan gelar bukan penobatanJika kita melihat sejarah Indonesia tahun 1945 hingga 1950 saja, ada cukup banyak warga negara yang berjuang untuk bangsa dan jasanya layak dikenang. Belum lagi tokoh yang berjuang melawan penjajah sebelum abad ke-20. Mereka juga punya hak untuk mendapatkan apresiasi dan penghormatan atas ingin objektif, maka negara juga perlu mencatat jasa-jasa dan memberikan penghormatan pada semua individu yang berjuang pada masa itu. Namun, jika semua individu kala itu diberikan gelar pahlawan nasional, maka esensi dari gelar itu bisa berkurang yang pemerintah lakukan setiap tahun mungkin lebih tepat jika bergeser menjadi upaya administratif’ – pemerintah bisa mendata orang-orang yang berjasa di masa lalu, ketimbang menganugerahkan gelar pahlawan. Mendata dan menganugerahkan adalah dua aktivitas yang berbeda. Pendataan menyasar banyak subjek, sedangkan penganugerahan harusnya hanya untuk sedikit subjek dan bersifat akan meminimalisasi adanya diskriminasi dan tebang pilih terhadap para individu yang juga berhak’ mendapat pengakuan atas jasa-jasanya bagi bangsa semestinya pahlawan nasional diangkat dengan dua tujuan kepentingan, yakni sebagai sumber pengetahuan sejarah sekaligus inspirasi generasi muda. Sayangnya, karena gelar pahlawan sekadar menjadi ajang penganugerahan tahunan yang juga membuat jumlahnya makin banyak, citra pahlawan masa kini menjadi tidak sekuat dulu. Selain hilangnya pengaruh ideologis, pahlawan nasional kini hanya tinggal itu terjadi karena kita telah salah kaprah memaknai pahlawan dengan cara yang politis dan perlu memikirkan ulang mengenai implementasi kebijakan penobatan gelar pahlawan nasional supaya lebih adil bagi yang berhak’ menerimanya, serta memutus konflik kepentingan dalam proses Febri Kurniawan adalah Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dan Peneliti Pusat Studi Memori dan Pedagogi PSMP ini pertama kali tayang di The Conversation Indonesia dengan lisensi Creative Commons. Baca artikel aslinya di sini.
gameandroid | petualangan menyelamatkan bumi | berburu para alien | bertahan hidup demi spesies manusia dibumi | xenowerk indonesia day info link untuk sum
Uploaded byfandics 0% found this document useful 0 votes172 views1 pageOriginal TitleProf Dr Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes172 views1 pageProf DR SoepomoOriginal TitleProf Dr byfandics Full descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Gagasanprof DR Mr Soepomo, salah satu bapak bangsa Indonesia ini begitu dihargai di Australia namun dilupakan di negerinya sendiri Selasa, 15 Februari 2022 Cari
Prof. Dr. Mr. Soepomo Ejaan Soewandi Supomo; 22 Januari 1903 – 12 September 1958 adalah seorang adalah seorang politikus dan pengacara Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Kehakiman pertama negara itu dari Agustus hingga November 1945 dan lagi dari Desember 1949 hingga 6 September 1950. Dikenal sebagai bapak konstitusi Indonesia,[1] ia secara anumerta dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno pada tahun 1965. Soepomo dikenal sebagai perancang Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan Soekarno.[2]

MohammadYamin merupakan pahlawan yang memperjuangakan persatuan dan kesatuan pemuda melalui Sumpah Pemuda tahun 28 Oktober 1928. Beliau adalah seorang sastrawan, politikus dan ahli hukum yang disegani sebagai Pahlawan nasional Indonesia. Beliau Lahir di Sawah Lunto Sumatera Barat pada tanggal 24 Agustus 1903.

Biografi dan Profil Lengkap Prof. Mr. Dr. Soepomo, – Prof. Mr. Dr. Soepomo adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 22 Januari 1903 dan meninggal di Jakarta pada 12 September 1958 . Soepomo dikenal sebagai arsitek Undang-Undang Dasar 1945 bersama dengan Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno. Profil Singkat Soepomo Nama Prof. Mr. Dr. Soepomo Lahir Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 Meninggal Jakarta, 12 September 1958 Agama Islam Pendidikan ELS Europeesche Lagere School di Boyolali 1917 MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Solo 1920 Bataviasche Rechtsschool di Batavia lulus tahun 1923 Rijksuniversiteit Leiden/Leiden University 1924 Karier Pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI Ketua Panitia Kecil Perancang UUD Menteri Kehakiman/ Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ke-1 19 Agustus 1945 – 14 November 1945; 20 Desember 1949 – 6 September 1950 Rektor Universitas Indonesia ke-2 1951-1954 Kehidupan Pribadi dan Pendidikan Soepomo Prof. Mr. Dr. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 22 Januari 1903. Soepomo terlahir dari kalangan keluarga ningrat aristocrat jawa. Kakek dari pihak ibunya adalah Raden Tumenggung Wirjodirodjo, bupati Nayak dari Sragen. Sedangkan Kakek dari pihak ayahnya adalah raden Tumenggung Reksowardono, bupati Anom Sukaharjo pada masa kejayaannya dulu. Sebagai putra keluarga priyayi, Soepomo berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS Europeesche Lagere School yaitru sekolah setara sekolah dasar di Boyolali 1917, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Solo 1920 dan ia menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. Kemudian, Soepomo ditunjuk sebagai pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri Sragen. Kisaran tahun 1924 dan 1927, Soepomo mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelis van Vollenhoven, yaitu profesor hukum yang dikenal sebagai arsitek ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional serta salah satu konseptor Liga Bangsa-Bangsa. Thesis doktornya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta tidak hanya mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta, namun juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di wilayah Surakarta. Thesis tersebut ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana kolonial tentang proses transisi agraria ini dibungkus dalam bahasa yang halus dan tidak langsung, menggunakan argumen-argumen kolonial sendiri, dan hanya bisa terbaca saat kita menyadari bahwa subyektivitas Soepomo sangat kental diwarnai etika Jawa. Soepomo Meninggal Dunia dan Diangkat Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia Prof. Mr. Dr Soepomo meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun. Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung dan Ia dimakamkan di Solo. Berdasarkan Keppres No. 123 Tahun 1965, pada 14 Mei 1965 Soepomo diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Demikian artikel tentang “Biografi dan Profil Lengkap Prof. Mr. Dr. Soepomo – Pahlawan Nasional Indonesia Arsitek UUD 1945“, semoga bermanfaat Pemerintahmenetapkan tanggal 10November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untukmemperingati jasa para pahlawan. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara dan mulai saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesia berada langsung di bawah pemerintahan Belanda. Kekuasaan Republik Bataaf di Belanda ternyata tidak atas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai jagoanatas jasa jasanya, pemerintah indonesia menetapkan mr. soepomo selaku satriaatas jasa-jasanya,pemerintah indonesia menetapkan Mr Soepomo sebagai pahlawanatas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai satriaAtas jasa-jasanya pemerintah indonesia memutuskan mr soepomo selaku pendekar …… pendekar kemerdekaan. mudah-mudahan membantu atas jasa jasanya, pemerintah indonesia menetapkan mr. soepomo selaku satria jagoan proklamasi karna beliau telah berjuang untuk memerdekan indonesia atas jasa-jasanya,pemerintah indonesia menetapkan Mr Soepomo sebagai pahlawan Soepomo hero nasional indonesia atas jasa jasanya, pemerintah indonesia memutuskan mr. soepomo sebagai satria soepomo sebagai jagoan nasional indonesia Atas jasa-jasanya pemerintah indonesia memutuskan mr soepomo selaku pendekar …… Jawaban Atas jasa-jasanya maka Mr. Soepomo ditetapkan selaku Pahlawan Nasional Indonesia. Mr. Soepomo ditetapkan menjadi hero nasional pada tanggal 14 Mei 1965.
Jakarta 11 Januari 1941 pada umur 46 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia dikenal sebagai salah tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Dewan Rakyat di Hindia Belanda (Volksraad), mewakili kelompok Inlanders. Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra.
Setiap pahlawan memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia, termasuk dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu penyusunnya adalah seorang ahli hukum adat bernama Soepomo. Untuk dapat mengenal sosoknya lebih dekat, simak biografi Soepomo di artikel Dasar 1945 adalah hukum tertulis yang menjadi dasar pemerintahan Republik Indonesia. Oleh karenanya, dalam penyusunannya diperlukan seorang ahli hukum seperti Soepomo agar dapat tersusun baik. Namun, tak banyak biografi atau buku sejarah yang membahas tentang sosok Soepomo adalah seseorang yang cerdas dan memiliki ketertarikan pada ilmu hukum sejak ia masih muda. Bahkan, ia tak hanya belajar hukum di dalam negeri saja, tapi juga sampai ke Negeri Kincir kecerdasannya di bidang hukum, ia langsung diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia pada Kabinet Sutan Syahrir. Ia juga sempat menjadi dosen dan rektor di Universitas Sudah nggak sabar untuk mengenal sosoknya lebih dekat? Tanpa perlu menunggu lama, langsung simak biografi Soepomo di artikel ini, yuk! Di sini, kamu bisa mengetahui banyak hal, mulai dari kehidupan pribadi, peran dalam kemerdekaan Indonesia, hingga akhir hayatnya. Selamat membaca! Kehidupan Pribadi Soepomo Dokumentasi majalah Kajawen edisi nomor 33 tanggal 18 Agustus 1927 tentang kelulusan Soepomo dari Universitas Leiden Sumber Wikimedia Commons Hal pertama yang dapat kamu baca dalam biografi Soepomo ini adalah seputar kehidupan pribadinya. Kamu bisa mengetahui tentang keluarga, pendidikan, juga kehidupan pernikahannya. 1. Keluarga Soepomo lahir pada tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia merupakan anak sulung dari 11 bersaudara dan memiliki empat adik laki-laki juga enam adik perempuan. Keluarganya merupakan keluarga bangsawan, di mana kakek dari pihak ibu dan ayahnya sama-sama memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan. Kakeknya dari pihak ibu adalah Bupati Nayak Sragen bernama Raden Tumenggung Wirjodiprodjo, sementara dari pihak ayah adalah Bupati Anom Sukoharjo bernama Raden Rumenggung Reksowardono. Soepomo merupakan putra dari pasangan Raden Rumenggung Wignyodipuro dan Renak Wignyodipuro. Sang ayah juga memiliki jabatan di pemerintahan sebagai Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kesunanan Surakarta. 2. Pendidikan yang Diambil Karena terlahir di keluarga priyayi, Soepomo beruntung bisa mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah bergengsi di Indonesia. Pada tahun 1917, ia bersekolah di ELS Europeesche Lagere School Boyolali, sebuah sekolah dasar milik Belanda untuk anak-anak pribumi. Tahun 1920, ia melanjutkan ke MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs Solo, setingkat dengan SMP. Setelah lulus dari MULO, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia. Pada tahun 1923, ia berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan menjadi siswa terbaik. Sebagai siswa terbaik di sekolah, Soepomo mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda mulai tahun 1924. Di sana, ia menjadi murid Cornelis van Vollenhoven, seorang profesor hukum yang terkenal sebagai “arsitek” ilmu hukum adat dan ahli hukum internasional. Pada bulan Juni 1927, Soepomo lulus dari Rijksuniversiteit Leiden dengan gelar Meester in de Rechten atau Sarjana Hukum. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan gelar doktor dalam ilmu hukum satu bulan kemudian. Saat itu, ia berhasil lulus dengan tesis yang berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta Reorganisasi Sistem Agraria di Wilayah Surakarta. Dalam tesisnya itu, ia mengupas dan menganalisa sistem agraria tradisional di Surakarta beserta hukum-hukum kolonial yang berhubungan dengan pertanahan. Keberhasilannya dalam lulus dengan baik itu membuatnya disambut baik oleh kawan-kawannya dan sarjana yang berasal dari Belanda. Apalagi ia juga mendapatkan penghargaan “Gadjah Mada”, penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Rijksuniversiteit Leiden untuk mahasiswa terbaik. 3. Kehidupan Pernikahan Membicarakan tentang kehidupan pernikahan Soepomo dalam biografi ini mungkin sedikit sulit. Karena tak banyak informasi yang bisa didapatkan seputar kehidupan pernikahannya. Soepomo menikah dengan seorang putri dari Pangeran Ario Mataram yang bernama Raden Ajeng Kushartati. Upacara pernikahan tersebut diadakan pada tanggal 20 Januari 1929. Dari pernikahannya dengan sang putri bangsawan, ia dikaruniai enam anak. Tiga di antara anaknya adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Seperti halnya kehidupan pernikahannya, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan seputar anak-anaknya. Baca juga Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia Peran Soepomo dalam Kemerdekaan Indonesia Sidang BPUPKI pertama Sumber Wikimedia Commons Hal selanjutnya yang perlu kamu ketahui dalam biografi Soepomo adalah tentang perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Karena meskipun tak banyak buku sejarah yang menyebutkan namanya, ia memiliki tugas penting dalam merancang dasar hukum di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945. Tugas tersebut dimulai ketika ia bergabung dengan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Awalnya, ia bertugas untuk menyusun konstitusi bersama Moh. Yamin dan Soekarno. Ketika berlangsung sidang pertama BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo sempat menyampaikan pidato seputar teori-teori negara secara yuridis, politis, dan sosiologis. Saat itu ia juga menjelaskan seputar syarat berdirinya negara, bentuk-bentuk negara, bentuk pemerintahan, serta hubungan negara dengan agama. Soepomo mengemukakan kalau ia sudah membuat sebuah rumusan bernama “Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Isinya menyebutkan tentang persatuan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat, demokrasi, dan keadilan sosial. Kebetulan sekali rumusan tersebut sejalan dengan lima asas dasar negara yang disebutkan dalam pidato Moh. Yamin. Lima asas tersebut adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan peri kesejahteraan rakyat. Pada sidang BPUPKI lainnya, Moh. Yamin mengusulkan tentang pemberian kewenangan pada Mahkamah Agung untuk menguji undang-undang. Usulan tersebut terinspirasi dari pemerintah Amerika Serikat yang selalu menguji undang-undang sejak tahun 1796. Soepomo langsung menyanggah usulan tersebut dengan tiga alasan. Alasan pertama, konsep dasar dalam UUD adalah pembagian kekuasaan. Alasan selanjutnya, tugas hakim bukanlah menguji, tapi menerapkan undang-undang. Alasan terakhirnya adalah jika hakim diberi kewenangan untuk menguji undang-undang, nantinya bisa bertentangan dengan supremasi MPR. Peran lainnya dalam kemerdekaan Indonesia adalah menjadi Ketua Panitia Kecil yang bertugas untuk merancang naskah Undang-Undang Dasar dari hasil Piagam Jakarta yang dirumuskan tanggal 22 Juni 1945. Panitia Kecil tersebut memiliki beberapa anggota, seperti Wongsonegoro, A. A. Maramis, Ahmad Subarjo, R. P. Singgih, Sukiman Witjosandjojo, dan Haji Agus Salim. Setelah naskah Undang-Undang Dasar sudah tersusun rapi, Soepomo menawarkan diri untuk membentuk Panitia Penghalus Bahasa. Badan yang dibentuk bersama Prof. Dr. Husein Jayadiningrat dan Haji Agus Salim itu bertugas untuk menyempurnakan bahasa dalam undang-undang agar lebih dapat dipahami oleh rakyat. Baca juga Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya Riwayat Pekerjaan Soepomo Soepomo paling kiri saat melakukan kunjungan ke Belanda Sumber Wikimedia Commons Setelah mengetahui tentang kehidupan pribadi dan peran Soepomo dalam kemerdekaan, hal selanjutnya yang bisa kamu baca di biografi ini adalah riwayat pekerjaannya. Tak hanya pekerjaan yang dilakoni sebelum Indonesia merdeka, tapi juga jabatan-jabatan yang diampunya di pemerintahan. 1. Sebelum Kemerdekaan Indonesia Setelah lulus dari Bataviasche Rechtsschool, sebenarnya Soepomo tidak langsung mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Ia sempat diangkat sebagai pegawai Pengadilan Negeri di Sragen. Pekerjaan tersebut tidak lama dilakoni karena ia harus melanjutkan pendidikannya di Rijksuniversiteit Leiden. Setelah lulus dan pulang ke Indonesia pada tahun 1927, ia bekerja sebagai pegawai pembantu untuk Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta. Satu tahun kemudian, ia diangkat menjadi Ketua Luar Biasa Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sekitar tahun 1930-an, ia dipindahtugaskan ke Jakarta untuk membantu Direktur Justisi. Di sana, ia bertugas untuk meneliti hukum adat di daerah Jawa Barat. Pada akhir tahun 1932, ia diangkat menjadi Ketua Pengadilan Negeri Purworejo. Setelah enam tahun bekerja di Purworejo, ia kembali dipindahkan ke Jakarta untuk bekerja di Departemen Kehakiman. Saat Perang Asia antara Belanda dan Jepang pecah, Soepomo ditunjuk sebagai dosen hukum adat di sekolah tinggi hukum Rechts Hooge School RHS di Jakarta. Ia diminta untuk menggantikan posisi Prof. Ter Haar yang pulang ke Belanda untuk menghindari perang. Tak hanya mengajar di RHS, Soepomo juga menjadi dosen hukum adat di Bestuurs Academie Akademi Calon Pamong Praja Jakarta. Ia kemudian diangkat sebagai Guru Besar Hukum Adat di RHS juga Pembesar dan Kepala Jawatan Kehakiman. Tak hanya itu, ia juga bergabung dalam Panitia Hukum Adat dan Tata Negara. 2. Setelah Kemerdekaan Indonesia Setelah Indonesia merdeka, Soepomo diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia pertama untuk periode 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945. Sebagai Menteri Kehakiman, tugas pertamanya adalah memperbaiki dan mengganti hukum-hukum peninggalan kolonial yang tak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam Kabinet Sutan Syahrir, ia menjadi Penasihat Menteri Kehakiman. Saat itu, ia juga tengah aktif menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP, sebuah organisasi yang menjadi cikal bakal terbentuknya DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Selama beberapa periode kabinet, ia tidak memiliki jabatan apa-apa dalam pemerintahan. Barulah pada periode Kabinet Republik Indonesia Serikat, ia diangkat sebagai Menteri Kehakiman Indonesia di bawah Perdana Menteri Mohammad Hatta. Setelah tak lagi bertugas sebagai Menteri Kehakiman sejak 6 September 1950, ia menjadi dosen hukum di Universitas Gadjah Mada dan akademi Kepolisian Jakarta. Pada tahun 1951, ia ditunjuk sebagai Rektor Universitas Indonesia untuk menggantikan Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo. Jabatan sebagai rektor itu berakhir pada tahun 1954 dan posisinya digantikan oleh Bahder Djohan. Sesudahnya, Soepomo diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya hingga tahun 1956. Baca juga Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi Fakta Seru seputar Soepomo Diorama Kongres Jong Java Sumber Wikimedia Commons Biografi ini akan kurang lengkap kalau belum membicarakan beberapa fakta menarik seputar Soepomo. Tak hanya tentang organisasi-organisasi yang pernah diikutinya, tapi juga perannya dalam Kongres Wanita Indonesia dan rasa cintanya pada dunia seni. 1. Pernah Mengikuti Beberapa Organisasi Sejak muda, Soepomo sering bergabung dengan beberapa organisasi. Khususnya yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah organisasi bernama Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeniging yang ia ikuti ketika kuliah di Belanda. Organisasi yang dipimpin oleh Mohammad Hatta tersebut banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia yang tengah berada di Belanda. Perkumpulan pelajar itu berusaha untuk membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Jong Java, sebuah organisasi pergerakan pemuda. Bisa dibilang ia cukup aktif di organisasi tersebut, bahkan sempat menjadi pemimpin Jong Java cabang Batavia bersama Basoeki. Pada tahun 1921, perwakilan Jong Java dari cabang Surabaya dan Semarang mengusulkan organisasi tersebut menjadi partai politik. Basuki dan Soepomo menentang usulan tersebut dan berusaha mengingatkan kembali tujuan awal Jong Java sebagai perkumpulan para pelajar pribumi. Namun, protes tersebut tidak membuahkan hasil dan Jong Java akhirnya terjun ke dunia perpolitikan Indonesia. 2. Berperan Penting dalam Kongres Perempoean Indonesia Pada tahun 1928, beberapa organisasi kemasyarakatan wanita Indonesia bersatu membentuk Kongres Perempoean Indonesia. Peristiwa bersejarah tersebut menjadi tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan wanita Indonesia. Pada Kongres Perempoean Indonesia pertama yang diadakan di Yogyakarta, setidaknya ada peserta yang tergabung dalam 30 organisasi dari 12 kota yang hadir. Di antara para peserta tersebut, ada juga sejumlah tokoh penting, seperti Mr. Singgih, Dr. Soepomo, Mr. Soejoedi, Dr. Soekiman, dan A. D. Haani. Kehadiran para tokoh itu tak hanya sebagai peserta saja, tapi juga memberikan presentasi sesuai dengan keahlian masing-masing, begitu pula Soepomo. Saat itu, ia membuat sebuah makalah berjudul Perempuan Indonesia dalam Hukum. Makalah tersebut membahas tentang pentingnya kesadaran para wanita Indonesia akan hukum yang berlaku. 3. Sangat Menyukai Dunia Seni Tak hanya cerdas, Soepomo rupanya memilki kecintaan yang cukup besar pada dunia seni. Tak hanya menikmati sebagai tontonan, tapi ia juga bisa menari Jawa dan mahir melakukan seni karawitan dengan luwes. Bahkan, ia juga pernah bergabung dengan perkumpulan wayang orang bernama Krido Yatmoko. Sebagai bukti keluwesannya, ia pernah mengikuti pagelaran tari bersama Wiryono Projodikoro pada tahun 1927 di Paris. Keluwesannya menari membuat para penonton yang hadir merasa terkesima. Saat itu, Duta Besar Belanda untuk Perancis bernama Dr. Loudon sampai meminta Soepomo dan Wiryono untuk mengulang pagelaran tari tersebut. Baca juga Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air Akhir Hayat Soepomo Buku Hukum Adat karya Soepomo Sumber Instagram – tb_thalib09 Setelah mengetahui seputar kehidupan pribadi dan peran-perannya dalam kemerdekaan Indonesia, hal terakhir yang bisa kamu baca di biografi ini adalah mengenai akhir hayat Soepomo. Di sini, kami juga akan sedikit membahas mengenai penghargaan dari pemerintah Indonesia. Pada tanggal 12 September 1958, Soepomo meninggal dunia di Jakarta karena serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di Kampung Yosoroto, Purwosari, Laweyan, Solo. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya untuk Indonesia, Presiden Soekarno memberikan gelar Pahlawan Nasional pada Soepomo. Gelar tersebut diberikan sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 123 tanggal 14 Mei 1965. Baca juga Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles Nilai-Nilai Perjuangan yang Bisa Kamu Dapatkan dari Biografi Soepomo Itulah tadi biografi Soepomo yang sudah membahas mulai dari kehidupan pribadi, jasa-jasanya untuk Indonesia, hingga akhir hayatnya. Kira-kira, nilai-nilai semangat apakah yang sudah kamu dapatkan dari artikel ini? Sejak masih muda, Soepomo hanya mempelajari satu bidang saja, yaitu hukum. Dengan begitu, ketika dewasa ia benar-benar menguasai bidang tersebut dan mendapatkan kepercayaan sebagai seorang ahli. Hal tersebut bisa menjadi sebuah motivasi bagimu ketika ingin mempelajari sesuatu. Dalamilah ilmu tersebut dengan baik hingga akhirnya kamu bisa pantas disebut sebagai seorang ahli yang menguasai bidang tersebut. Kalau kamu masih mencari biografi tokoh lain yang nggak kalah menginspirasi seperti halnya Soepomo, simak artikel-artikel di kanal Tokoh di ini. Kamu bisa mendapatkan biografi presiden pertama Indonesia, perdana menteri pertama Indonesia, pencipta lagu Indonesia Raya, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
Asasdan dasar Indonesia merdeka secara tertulis menurut Muhammad Yamin adalah sebagai berikut 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan persatuan Indonesia 3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya waratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 0% found this document useful 1 vote5K views31 pagesOriginal TitleJasa-jasa Pahlawan2Copyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 1 vote5K views31 pagesJasa-Jasa Pahlawan2Original TitleJasa-jasa Pahlawan2Jump to Page You are on page 1of 31 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 26 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
\n\n atas jasa jasanya pemerintah indonesia menetapkan mr soepomo sebagai pahlawan
PidatoProf. Dr. Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945. c. Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk badan baru yang dinamakan Dokuritsu Junbi Inkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, disingkat PPKI). PPKI dibentuk tanggal 9 Agustus 1945. Atas jasa-jasanya maka Mr. Soepomo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Mr. Soepomo ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada tanggal 14 Mei Soepomo bersama Muhammad Yamin dan Soekarno bersama sama dalam merancang UUD 1945 dan Pancasila. Salah satu yang terkenal darinya adalah usulan sila ketiga yang berbunyi "Keseimbangan Lahir Batin". Namun akhirnya Pancasila sila ketiga diganti menjadi "Persatuan Indonesia".Mr. Soepomo adalah salah satu Pahlawan pergerakan kemerdekaan yang ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 14 Mei 1965. Beliau meninggal pada tanggal 12 September 1958 pada usia 5 semoga membantu!Pelajari lebih lanjut1. Materi tentang Pancasila Materi tentang Sila ketiga Mr. Soepomo Materi tentang sila ketiga jawabanKelas 8Mapel PPKnBab Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Dasar Negara IndonesiaKode SPJ2 uL1ikla.
  • g2hdy5e83l.pages.dev/244
  • g2hdy5e83l.pages.dev/815
  • g2hdy5e83l.pages.dev/283
  • g2hdy5e83l.pages.dev/601
  • g2hdy5e83l.pages.dev/212
  • g2hdy5e83l.pages.dev/603
  • g2hdy5e83l.pages.dev/466
  • g2hdy5e83l.pages.dev/376
  • g2hdy5e83l.pages.dev/147
  • g2hdy5e83l.pages.dev/186
  • g2hdy5e83l.pages.dev/214
  • g2hdy5e83l.pages.dev/871
  • g2hdy5e83l.pages.dev/454
  • g2hdy5e83l.pages.dev/248
  • g2hdy5e83l.pages.dev/737
  • atas jasa jasanya pemerintah indonesia menetapkan mr soepomo sebagai pahlawan